Selasa, 01 Januari 2013

Thariqat Naqsyabandiyah Muzhariyah


Ulama Thariqat
Pulau Madura yang terletak di Jawa Timur ramai melahirkan ulama besar sejak zaman dulu hingga sekarang. Salah seorang di antara mereka yang diriwayatkan ini, nama lengkapnya ialah Kiyai Haji Muhammad Khalil bin Kiyai Haji Abdul Lathif bin Kiyai Hamim bin Kiyai Abdul Karim bin Kiyai Muharram bin Kiyai Asrar Karamah bin Kiyai Abdullah bin Sayid Sulaiman.
Salah seorang muridnya yang menyebarkan Islam melalui Thariqat Naqsyabandiyah Muzhariyah ialah Kiyai Haji Fathul Bari. Kiyai Haji Fathul Bari berasal dari sebuah desa yang bernama Ombul Kabupaten Sampang. Beliau mendatangi Kalimantan Barat atas permintaan H. Hasyim Yamani yang merupakan pendiri Masjid “Babussalam”dan pendiri Pondok Pesantren pertama di Kalimantan Barat yang juga diberi nama “Babussalam”. Thariqat yang diajarkan pertama kali di Kalimantan Barat desa Peniraman, membuat orang berduyun-duyun untuk menimba ilmu untuk mengaplikasikannya di lingkungan masing-masing.
Keseringan beliau mendatangi Peniraman atas permintaan H. Hasyim Yamani membuat nama beliau di kenal oleh elemen-elemen masyarakat luar pada umumnya.
Dengan usia yang cukup tua dan rentan terhadap penyakit, membuat beliau sering sakit-sakitan. Dan ketika ajal akan menjelang, beliau sempat menanyakan tentang pemakamannya setelah beliau wafat. Beliau menanyakannya kepada H. Hasyim Yamani pendiri Pondok Pesantren Babussalam Peniraman. Kiyai Haji Fathul Bari berkata “ Syim, mun engko’ mateh, ekoburnah dimmah bi’ kakeh”. Dalam bahasa Indonesianya adalah “Syim, jika saya wafat nanti, akan kamu makamkan dimana?”. H. Hasyim Yamani menjawab “ Kiyaeh, makammah sampean esettiing Masjid”. Dalam bahasa Indonesianya adalah “ Kiyai, makammu berada di dekat Masjid”, Kata Subir bin H. Hasan Basri.
Tidak lama kemudian Kiyai Haji Fathul Bari pun wafat, beliau wafat pada tahun 1960 M. Dengan wafatnya Kiyai Fathul Bari, membuat kelompok orang merasa kehilangan, ulama yang dikenal penyantun dan berbudi luhur dengan cepat dipanggil sang maha kuasa, ratapan tangis seseorang dari berbagai daerah setelah almarhum di makamkan. Kiyai Haji Fathul Bari di makamkan di dekat Masjid Raya Babussalam Peniraman. Hampir setiap hari orang-orang dari berbagai daerah berziarah ke Makam Kiyai Haji Fathul Bari yang dikatakakan banyak melahirkan kekeramatan. Setelah beliau wafat, muncul pula murid beliau Sayid Muhsin al-Hinduan, ulama yang mempunyai murid yang sangat ramai di Kalimantan Barat, Jawa dan Sulawesi. Beliau meninggal dunia di Pontianak, pada tahun 1980 M, jenazahnya diterbangkan ke Sumenep, Madura. Dan kini diteruskan oleh anaknya yang bernama Habib Amin al-Hinduan, di Kota Singkawang, mempunyai ribuan murid yang tersebar di Kalimantan Barat.


1 komentar:

  1. pemikran kiai tersebut seperti apa selama beliau hidup dengan menjalani dan mengurus masjid penraman tersebut

    BalasHapus